Jumat, 13 Desember 2013

Killer : Where i go?

(Maz 139 : 7-10)
Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu
ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu?
Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana;
jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati,
di situpun Engkau.
Jika aku terbang dengan sayap fajar,
dan membuat kediaman di ujung laut,
juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku,
dan tangan kanan-Mu memegang aku.

Adegan 1.
Lokasi :kedalaman sungai

Tubuh Judah terus tenggelam kedalam dasar sungai yang gelap.Gelembung-gelembung air menyebur dari muka dan hidungnya,bercampur darah yang keluar dari lubang di dadanya.Matanya terkatub rapat dengan tangannya memegang dada kirinya,dimana dari sela-sela jarinya cairan merah itu terus keluar tanpa henti.

Judah : (Dalam hati)."Matikah aku?Sudah berahkirkah hidupku? (Menyindir sinis).Hhhh...hanya  sampai di sinikah umurku?Benar-benar kasihan kau Judah.Terlahir sebagai anak haram,besar  menjadi seorang pembunuh.Pada ahkirnya,kau harus mati dengan cara yang sama ketika kau  mengambil nyawa orang??Inikah arti hidupmu?Tidak bisakah kau berbuat sedikit kebaikan  sebelum neraka menantimu??Tidak Judah...Tidak.Tidak akan ada lagi kesempatan bagimu.Semua  telah berahkir.Game Over."
Suara itu menghilang bersama dengan tubuh pemuda itu yang menyentuh dasar sungai.

Adegan 2.

Lokasi : Sebuah ruang remang-remang.

Hanya ada sebuah meja dan dua buah kursi di situ.Sebuah lampu gantung yang hanya cukup menerangi meja dan sekitarnya.Juga seorang pemuda yang duduk di salah satu kursi itu.
Dari kegelapan,muncul orang kedua,bersetelan jas dan kacamata hitam,membawa koper,dan meletakkannya di atas meja.Turut di sertakannya sebuah foto seseorang.

Negosiator : (menyodorkan foto di atas meja)."Namanya Stefanus Manikhay.Dia adalah targetmu  selanjutnya.Dan kami ingin kau membunuhnya di depan banyak orang."
Judah : "Kenapa?"
Negosiator : "Karena dia telah mengambil banyak darì kami.Makanya kami ingin menghentikan  langkahnya.Kematiannya akan membawa ketakutan bagi pengikutnya.Dan itu satu keuntungan  bagi kami."
Judah : (Mengambil foto dan menyengir sinis)."Seorang pendeta...?"
Negosiator : "Kenapa?Kau takut?"
Judah : "Tidak ada kata takut bagi seorang Judah.Tapi,pantang bagi Judah membunuh seorang  jahat.Apa lagi ini permintaan iblis seperti kalian.Naikkan harganya?"
Negosiator : "Berapa yang kau minta?"
Judah : " 30 Milyar..."
Negosiator : (Terperangah tak senang)."Kau gila..."
Judah : "Ini harga wajar bagi seorang kristen macam dia.Apalagi,aku harus membuat dia mati di  hadapan jemaatnya..."
Negosiator : "Tapi..."
Judah : "Tak usah keras kepala,atau kau tak mendapati mayatnya.Aku tahu tujuanmu menginginkan  nyawanya.Jadi,bila tak ingin pengikutmu berkurang,ikuti saranku."
Negosiator : (Berpikir sesaat,agak lama sambil menelusupkan tangannya di hidung,lalu menghela  nafas panjang)."Baiklah.Bawa dulu 15 Milyar.Sisanya setelah pendeta itu tewas."
Judah : "Kau akan mendapati mayatnya di televisi...."(Beranjak pergi meninggalkan Negosiator).

Adegan 3

Lokasi : Kamar sebuah arpatemen.

Sepasang mata nan bengis dan seringai liar seorang pembunuh,terbangun dari tidurnya.Jam dinding menunjukkan tengah malam.Suasana temaram.Dan di antara keremangan Judah menatap sebuah foto yang ia tancapkan dengan pisau.Di sebelahnya asap rokok masih mengepul.Sisa minuman keras juga masih nampak setengah botol.Tergeletak sebuah pistol di samping botol.
Ponsel miliknya berdering.

Penelpon : "Judah..."
Judah : "Katakan urusanmu..."
Penelpon : "Aku punya informasi tentang pendeta itu.Lusa,dia akan mengadakan kebaktian akbar di  hadapan jemaatnya.Ini kesempatanmu menjalankan misi."
Judah : "Tentu.Tunggu saja hasilnya.."{menekan nomer lain pada ponselnya.)Tony,aku butuh bantuanmu..."

Adegan 4

Lokasi : Bunker sebuah gedung tua.

Judah mengamati sederatan senjata yang di pamerkan Tony temannya.Matanya dengan jeli meneliti dan otaknya dengan cerdas menimbang.

Tony : "Kau sudah punya banyak senjata bagus dan beribu cara membunuh targetmu.Kenapa masih  mencari?Kurang yakinkah pada sasaranmu kali ini?"
Judah : "Untuk apa?Aku hanya ingin memberi kematian terbaik untuk orang yang baik.."
Tony : "Memang korbanmu macam apa?"
Judah : "Seorang kristen.Pendeta."
Tony : (Terkejut,tapi kawannya berekspresi dingin saja)."Ku sarankan urungkan niatmu  kawan.Bukankah kau berjanji tak akan menjadikan seorang kristen targetmu.Terserah kalau kau  mau bunuh koruptor,bos mafia atau pejabat.Tapi seorang kristen,jangan...apalagi dia seorang  pendeta."
Judah : "Memangnya kenapa...sudah,berikan saja yang kuminta."
Tony : (Mengambil sebuah senapan laras panjang lengkap dengan peredam)."Heckler & Koch HK  417.Kaliber 7,62 mm.Lengkap dengan peredam dan pengatur jarak.Sangat pas untuk sasaran  jarak jauh.."
Judah : "Baik.Aku ambil. Pembayarannya dapat kau lihat di rekeningmu."
Tony : "Terima kasih kawan.Senang berbisnis denganmu."
Judah : (Tersenyum dingin dan beranjak pergi).

Adegan 5

Lokasi : Lapangan pusat kota.

Tempat itu akan di jadi lokasi sebuah kebaktian akbar.Di kelilingi oleh beberapa gedung tinggi,tempat itu memang sangat strategis.Judah melakukan serangkaian pengamatan untuk aksinya.Mulai dari lapangan sampai gedung sekelilingnya.Ia harus memastikan target tewas dan punya ruang gerak untu kabur.

Adegan 6

Lokasi : Sebuah jalan.

Hari telah merayap tengah malam.Ferari Enzo yang di tumpangi Judah menembus jalan sepi pinggir kota.Waktu itu hujan turun dengan lebat.Laju mobilnya terhenti oleh sebuah kemacetan di jalan.Entah ada kejadian apa,ia kurang suka dengan keadaan ini.Tapi matanya sempat melihat sebuah bus menepi di jalan.Terjebak dalam kubangan lumpur.Di tengah guyuran hujan,seorang gadis berusaha minta bantuan.Tapi tak ada seorangpun yang peduli.Semakin Judah mendekat,semakin jelas wajah gadis itu di keremangan.Ada paras cantik di balik wajahnya yang penuh lumpur.Dan ia tak tahu kenapa hatinya tergetar.Di sisi lain dua pria yang merupakan rekannya juga sibuk memperbaiki bis.Dari jendela bis,suara bocah-bocahpun tak kalah gaduh dan membuat suasana bertambah menjengkelkan.
Ahkirnya sampai juga mobil itu pada gadis itu.Dan sama seperti yang lain,gadis itu mengetuk kaca mobilnya.

Maria : "Tuan...kiranya anda sudi membantu kami?Anda lihat kami sedang kesusahan.Dan  orang-orang itu tak ada yang bersedia membantu kami.Jadi kami mengetuk hati tuan,Tuhan akan  membalas kebaikan tuan..."
Judah : (Diam berekspresi dingin.Menyengir sinis)."Tuhan...????"(menjalankan laju mobilnya).

Dari spion mobil di lihatnya bagaimana ekspresi gadis itu atas penolakannya.Tapi kelihatannva ia tak putus asa dan meminta bantuan di antrean belakangnya meski hujan mengguyurnya.
Makin lama bayangan gadis itu makin menjauh dan bahkan mulai tak nampak.Tapi mengingat bagaimana usaha dan semangatnya,mulai bergolak juga hati pemuda itu.Sehingga,karena perasaan bercampur aduk,ia membanting setir mobilnya.Melintang di tengah jalan menambah kemacejan

Judah : "Dasar gadis sial!!"

Karuan hal ini membuat marah sopir di belakangnya dan memakinya.

Sopir truk : (geram)."Hey!!!Matamu kau taruh di mana!!Apa kau tak lihat jalanan macet!Seenaknya  saja membanting setir!!"
Judah : (Dengan tenang keluar dari mobil dan berekspresi dingin.Mengeluarkan pistol laras  pendeknya dari balik jasnya,menodongkan ke arah muka sopir)."Diam jika mau selamat.Apa kau  tak lihat  jalan macet karena apa.Keluar dari trukmu,ajak yang lain di belakangmu,jika kau tak  ingin darahmu tergenang di sini."
Sopir truk : (ketakutan).

Dari jauh gadis itu terlihat masih belum menyerah mencari bantuan.Wajahnya putus asa dan ia nyaris berhenti.Tapi ekspresinya berubah ketika dari jauh datang banyak orang menuju ke arahnya.Di bawah komando seorang yang belum ia lupa wajahnya.Seorang pria berpakaian rapi,penumpang sedan merah yang tadi sempat di ketuknya.

Maria : "Tuan,anda..."
Judah : "Sudahlah.Sebaiknya kau diam dan beristirahat.biarkan mereka bertindak.(Menoleh pada  kerumunan orang).Kalian lihat bukan,bukan mobilku penyebab
macet jalan ini.Tapi bus ini.Jika kalian punya otak,mestinya kalian tahu caranya mengatasi  keadaan ini.Jangan keras kepala,lihatlah semangat gadis ini.Tak peduli hujan,ia berdiri tak  menyerah mengetuk hati kalian,tapi apa kalian peduli?Kalian hanya peduli diri kalian dan barang  kalian,tanpa peduli keadaan.Sekarang,jika kalian menganggap diri binatang,silahkan pergi.Jika  kalian manusia,ikut aku..."(Beranjak menuju bus dan mulai mendorong)
Massa : (Berpandangan,bicara sendiri,mengambil langkah yang sama)

Adegan 7

Lokasi : Kedai teh pinggir jalan.

Hujan yang makin deras membuat rombongan tersebut terhenti di sebuah kedai teh.Hujan pula yang membuat perjalanan Judah terhenti,berkenalan dengan anak-anak panti asuhan "Imanuel" dengan ibu asuhnya,Maria.
Sementara anak-anak panti sedang sibuk menghangatkan badannya,pemuda itu duduk di dekat meja kasir dengan pakaian yang masih basah.Maria yang telah selesai berganti datang memberinya pakaian kering.

Maria : "Tuan,terima kasih atas bantuan anda..."
Judah : (Tak merespon,tanpa ekspresi).
Maria : "Ok.Tak apa-apa.Maaf kalau kata-kata atau sifatku salah.Kelihatannya,anda orang yang tak  suka bicara..."
Judah : (Menatap sekilas gadis itu melanjutkan minum).
Maria : "Tapi kelihatannya,anda orang yang baik..."
Judah : (Hanya menyengir.Ia justru mengeluarkan pistolnya dari balik jas-nya.Meletakkannya di  meja).

Maria (Terkejut,bersurut mundur)
Judah : (Sedikit melirik,sinis bercampur geli)."Kelihatannya kau senang menilai seseorang,sekilas.Kau tahu ini apa?Lantas,masihkah kau anggap aku baik?"
Maria : (Diam sejenak)."Aku tahu.Mungkin mengerikan melihatnya."
Judah : "Baguslah kalau kau tahu.Itu artinya aku di antara dua hal.Aku seorang polisi,atau aku seorang pembunuh.Dan aku adalah yang kedua."
Maria : (Terpaku)."Ya.Mungkin anda adalah orang kedua,tapi aku masih melihat kebaikan dalam hati  anda.Itu artinya,sejahat-jahatnya anda,Tuhan masih berbicara dalam hati anda."
Judah : (Geram,mengepalkan tangan.Namun menahan ledakan amarah)."Tuhan...aku tak percaya Tuhan.Aku hanya percaya pada ini (Menunjuk pistol) dan ini (Menunjuk kepala)
Maria : "Ough...Maaf,mungkin anda kurang suka saya berbicara demikian.Kita cari topik lain.Boleh  kami tahu nama anda?"
Judah : "Untuk apa?"
Maria : "Anda telah menolong kami.Siapa tahu kami kelak dapat menolong anda.."
Judah : "Katakan saja namamu.Biar aku yang mengingatmu.Tak perlu kau tahu namaku.Yang  penting,aku ingat wajahmu..."
Maria : "Maria..."
Judah : "O.,sudah cukup nona maria.Kau boleh pergi sekarang."
Maria : (Terdiam sesaat lalu meninggalkan sebuah tas di dekat laki laki itu)
Judah : "Apa ini?"(Melirik gadis itu).
Maria : "Pakaian kering untuk anda.Kelihatannya anda membutuhkannya."(Melangkah pergi menuju  anak-anak)
Judah : (Menatap sinis dan tersenyum pahit).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar