“Rani,kamulah suluh itu.”
Cast Character :
1.Nasrani (Rani)
2.Naya
3.Pak Wiryo ( Ayah
Rani)
4.Bu Wiryo (Ibu Rani)
5.Kapten
6.Istri Kapten
7.Maria ( Cameo)
8.Yusuf ( Cameo)
Sinopsis :
Rani (Nasrani) adalah seorang
gadis yang aktif dalam pelayanan gereja.Masa kecilnya sangat bahagia,karena
kedua orang tuanya juga merupakan aktivis gereja yang setia.Namun seiring waktu
yang berjalan,terjadi sebuah peristiwa yang mengubah pandangan orang tuanya
tentang gereja,dan sejak saat itu mereka meninggalkan gereja dan juga
Tuhan.Sementara Rani terus bertahan dengan komitmennya dalam pelayanan dengan
menyimpan satu kerinduan terhadap orang tuanya,meski berkali-kali ia di
hadapkan pada ujian-ujian hidup yang menggoyahkan imannya.Namun rani cukup
beruntung,karena ia mempunyai seorang sahabat yang baik dan Kapten (Gembala
Sidang) yang senantiasa membimbing dan menguatkan hatinya.Dan kesetiaan Rani
terhadap Tuhan ahkirnya berbuah sesuatu yang mengejutkan hatinya.Apakah itu??
Cerita ini merupakan sebuah penggambaran dari sebagian kisah
anak-anak Tuhan dalam menghadapi gempuran kenyataan hidup yang menggoyahkan
iman.Sekalipun dalam diri mereka terdapat impian yang mustahil,namun Tuhan
punya 1000 cara untuk mewujudkannya,asal ada kesetiaan terhadap Dia.
Adegan 1
(Suasana panggung gelap)
Narator :
Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu
adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu
dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala
yang telah dijadikan. Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang
itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.
Suara :
"Akulah terang dunia, barang siapa mengikut
Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang
hidup.”
Narator : “Karena begitu besar kasih
Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal,
supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh
hidup yang kekal.”
Masuklah peran Maria dan Yesus
yang menggambarkan cerita sekilas kelahiran Yesus kedalam dunia,di susul
seorang gadis di sisi lain panggung yang menggambarkan kehidupan anak Tuhan
masa kini.Gadis ini terlihat sedih dan muram wajahnya,sambil berkali-kali ia
melihat pohon Natal serta kado-kado yang terhiaskan di bawahnya.Sayup-sayup
terdengar pula lagu “Karena kita…”
Tokoh Maria dan Yusuf pergi,tinggalah sosok gadis itu yang
masih mengeluh.
Rani :
(Sedih,muram-dalam hati-) “ Tuhan,alangkah bahagianya hidupku dulu.Bersama
ayah,ibu aku selalu beribadah kepada Engkau.Tetapi kini Engkau tahu apa yang
terjadi dengan mereka,dan aku selalu rindu semuanya kembali seperti dulu…..”
Saat itu datanglah Naya,teman Rani,yang ketika tahu Rani
bersedih,iapun bertanya.
Naya :
“Rani,ada apa denganmu?Mengapa kamu sendirian di sini?Dan hey….kenapa kamu
menangis?”
Rani :
(Menghapus air matanya dan mencoba tersenyum) “Ti..tidak…tidak ada apa-apa..”
Naya :
“Kamu bohong….Pasti ada apa-apa..ceritakan padaku…aku sahabatmu…”
Rani :
“Sebenarnya…..” (Ranipun mulai bercerita pada Naya)
Adegan 2
Pak Wiryo Nampak duduk di serambi
rumahnya sambil membaca Koran.Sementara itu Bu Wiryo muncul dari dalam
membawakannya secangkir kopi.
Bu Wiryo : “Ini pak kpoinya…di minum dulu…”
Pak Wiryo : (Melirik Bu Wiryo,meletakkan Koran dan mengambil kopi dan
meminumnya sedikit ) “Aaaahhh….manis sekali bu…”
Bu Wiryo : “Seperti ibu kan pak…”(Centil)
Pak Wiryo : (Melirik Bu Wiryo dan memperhatikannya dari atas kebawah)
“Seperti ibu….dulu ibu semanis kopi ini..sekarang baaahhhh…”
Bu Wiryo : “Sekarang kenapa??Mentang-mentang ibu sudah umur,ibu
disamakan dengan kopi pahit gitu…”
Pak Wiryo : (Terkekeh) “Bapak kan Cuma
bercanda..masak gitu aja marah to bu..”
Bu Wiryo : (Cemberut) “Huuuuuhh…bapak ini yaaa…”
Pak Wiryo : (Terbatuk-batuk melirik jam tangannya)
“Hhhh..sudahlah..perkara kopi aja sampai cemberut begitu.O ya..mana Rani???”
Bu Wiryo : “Halah..paling-paling ke gereja…”
Pak Wiryo : “Gereja lagi??Tiap hari ke gereja..apa
untungnya???”
Bu Wiryo : “Nggak tahulah pak..tanya aja sendiri sama anaknya..tu dia
datang…”(Menunjuk kearah Rani yang baru masuk ke halaman rumah)
Berpapasan dengan bapak ibunya
Ranipun menyapa.
Rani :
“Malam pak..bu..Rani pulang..”
Pak Wiryo : (Mendehem ) “Baru dari mana jam segini
baru pulang??Gereja…???”
Rani :
(Gugup) “I..i..iya pak..”
Pak Wiryo : “Memang ada apa di gereja???”
Rani : “Latihan koor buat Natal
pak..”
Pak Wiryo : “Cuma latihan koor ….latihan di rumah kan sama saja….lagi
pula masih banyak pekerjaan penting di rumah dari pada di gereja.Lagipula
pulangnya malam-malam…Ingat Ran..kamu ini anak perempuan.Pulang jam segini,apa
kata tetangga??Mau bikin malu bapakmu???”
Bu Wiryo : “Iya nduk..lagipula apa yang dapat di berikan gereja untuk
membantu keluarga kita??Tidak ada to..Dulu bapak ibumu juga seperti kamu…tapi
apa yang di dapat…ibu bapakmu tetap begini-begini saja..tidak ada bedanya
dengan mereka yang tak ke gereja..”
Rani : “Pak..bu..”
Pak Wiryo : “Sudahlah nak….pokoknya bapak tak mau dengar lagi
alasanmu.Mulai sekarang kamu harus pilih..rumah atau gereja….bapak ibumu atau
Tuhanmu…”
Rani : (Menatap orang tuanya dan
pergi tanpa jawaban)
Pak,Bu Wiryo : “Rani….”
Adegan 3
Rani yang mengadu masalahnya pada
Naya masih memeluk sahabatnya dengan sedih dan menangis.Nayapun berusaha
menenangkannya.
Naya :
“Sabar saja Ran…Bapak dan ibumu memang keterlaluan…hati mereka memang
keras.Tapi,Tuhan pasti punya cara untuk membuat mereka sadar..yang penting sikap
kita sebagai anak harus tetap menghormati mereka..ingat kata kapten..kita ini
adalah suluh-suluh Kristus yang di tempatkan di tengah kegelapan untuk
memberikan cahaya bagi yang tersesat.Untuk itulah,mengapa Tuhan menempatkan
kita pada keadaan seperti ini…”
Rani :
(Tangisannya reda dan perlahan-lahan tak terdengar.Kini suhu tubuhnya sedikit
berubah dan ini mengejutkan Naya)
Naya :
(Terkejut) “Ran..Rani..Ran…” (Rupanya Rani pingsan.Nayapun berusaha
mengguncang-ngguncang tubuh sahabatnya.Namun ia tetap tak mau bangun,sehingga
gadis itu menjadi cemas dan panik) “Ran..bangun
Ran..Ran..Rani…tolonggg…tolooonnggggg…”
Rupanya suara Naya langsung
terdengar oleh Kapten dan istrinya.Merekapun buru-buru datang menolongnya.
Istri Kapten : “Naya..Naya ada apa???”
Naya :
“Rani..Rani pingsan Tante…”
Kapten :
“Cepat bawa kedalam….Ma,temani Naya,aku akan kerumah pak Wiryo memberitahunya…”
Istri Kapten :“ Iya pap..hati-hati…”
Kapten :
(Beranjak pergi dengan buru-buru)
Adegan 4
Pak Wiryo dan Bu Wiryo terlihat
kesal.Ketika lagi-lagi ia mendapati Rani pergi tanpa pamit.Mereka memang
sengaja menanti kedatangan anak mereka dan berniat memarahi habis-habisan.
Pak Wiryo : “Hhhhh..anak itu pergi lagi tanpa
pamit.Dasar susah di atur!!!”
Bu Wiryo : “Mungkin dia marah sama kita pak,karena
kemarin kita melarangnya..”
Pak Wiryo : “Marah???Oooo..jadi dia sudah berani melawan orang
tuanya..baiklah..kalau dia pulang nanti,pasti akan kuhajar habis-habisan…”
Bu Wiryo : “Sabar pak!Jangan terlalu keras!Dia
anak perempuan…”
Pak Wiryo : “Anak perempuan atau laki-laki sama saja!Bila sudah berani
membangkang,apa bedanya…”
Saat itu dari luar,terlihat
Kapten dating dengan sedikit buru-buru dan menyapa Pak Wiryo dan Bu
Wiryo.Amarah Pak Wiryo langsung tersulut,tapi mengingat etika ia menahan diri.
Kapten :
“Selamat malam pak,bu…”
Pak Wiryo : (Menahan geram dan sinis) “Malam
juga..ada apa Kapten…”
Kapten :
“Maaf kalau sebelumnya mengganggu.Saya kemari ingin memberitahukan keadaan Rani
di gereja….”
Bu Wiryo : “Memang Rani kenapa..”
Kapten :
“Dia pingsan..sampai sekarang belum sadar..demamnya juga tinggi..kami
membutuhkan kehadiran bapak dan ibu demi jiwa Rani…”
Bu Wiryo : (Terkejut) “Apa???Pakkk…Bagaimana ini…”
Pak Wiryo : (Memelintir kumisnya) “Ya
sudah…kalau begitu ayo kita kegereja…”
Adegan 5
Rani masih belum sadarkan
diri.Sejak dari tadi,Naya dan Istri Kapten terus merawatnya,sampai Kapten
dating bersama Pak Wiryo dan Bu Wiryo.Melihat kondisi anaknya,naluri seorang
ibu Bu Wiryo langsung berbicara dan ia menghampiri anaknya dengan cemas.
Bu Wiryo : “Rani anakku…”(Berlari memeluk) “Ya ampun….demamnya tinggi
sekali…”
Istri Kapten : “Sabar bu.kami sedang merawatnya.Kita berdoa saja semoga dia
tidak kenapa-napa dan cepat sadar….”
Bu Wiryo : “Berdoa…???”
Kapten :
“Ya..hanya Tuhan yang menjadi tempat pengharapan dan kesembuhan kita.Saya
yakin,Tuhan pasti menyembuhkan Rani.Karena Rani anak yang baik dan setia…”
Bu Wiryo : (Menatap Rani dengan sedih lalu pada suaminya yang masih
terpaku menatap anaknya) “Pak..ibu mohon,jangan memarahi Rani lagi.Ia anak kita
satu-satunya.Dan jika sampai terjadi apa-apa,ibu tak mau kehilangan dia..”
Istri Kapten : “Benar pak..Tadi Rani juga sempat cerita kalau dia punya
masalah.Tapi dia tak mau cerita.Apapun itu masalah anak ini,saya mohon bapak
lebih mementingkan kondisinya dan pelan-pelan membicarakannya…”
Pak Wiryo : (Masih terdiam.Perlahan-lahan hatinya
luluh)
Kapten :
(Menghampiri Pak Wiryo dan menepuk pundaknya) “Kejadian ini mungkin akan ada
hikmahnya bagi kita semua.Dan saya baru ingat,bahwa kita pernah mengalami kejadian
yang sama beberapa tahun lalu,ketika Rani masih kecil.Bapak ingat…”
Pak Wiryo : (Tersentak kecil dan baru ia ingat)
Bu Wiryo : (Bereaksi sama dan dengan langkah gontai menghampiri
suaminya) “Kapten benar pak.Bapak ingat sewaktu Rani kecil dulu.Kita pernah
membawa Rani dalam keadaan seperti ini ke tempat ini.Bapak juga tentu
ingat,kenapa kita member nama anak kita Nasrani..”
Pak Wiryo : (Tertunduk sedih dan merasa bersalah) “Mungkin ini salah kita
juga bu.Kita member nama anak kita Nasrani,dengan harapan dia setia mengikuti
Kristus sampai ahkir hidupnya.Tapi yang kita lakukan justru menentang dan
melarangnya.”
Bu Wiryo : “Bapak Benar.Mungkin Tuhan sedang mengingatkan kita lewat
kejadian ini dan Dia memakai anak kita untuk menerangi pikiran kita yang jahat..Ohh
Rani anakku..”
Pak Wiryo : (Gontai dan lemas) “Rani anakku…maafkan ayah dan
ibumu…”(Menatap ke atas) “Tuhan,ampuni dosa kami..”
Kapten :
(Menghampiri pak Wiryo) “Tuhan pasti mengampuni bapak dan ibu.Demikian juga
halnya dengan Rani.Hari ini bapak dan ibu telah melihat bahwa Rani telah
membuktikan dirinya sebagai pengikut Kristus dan juga suluh yang menerangi
jalan bapak dan ibu yang tersesat…”
Pak,Bu Wiryo : “Iya Kapten…”
Istri Kapten dan Naya yang
mendengar hal itu juga turut lega.Bahkan Naya kini berani angkat bicara tentang
sahabatnya.
Naya :
“Maaf Om..Tante.Jika sebelumnya Naya lancing.Naya hanya ingin menyampaikan satu
hal yang Rani tak dapat sampaikan pada Om dan Tante..”
Bu Wiryo : “Apa itu Nay…”
Naya :
“Sudah beberapa tahun ini Rani mempunyai keinginan merayakan Natal bersama
Om dan Tante.Naya harap,jika Om dan Tante menyayangi Rani,Om dan Tante bisa
memenuhi keinginan Rani..”
Pak,Bu Wiryo:
(Saling berpandangan)
“Tentu saja.Kami menyayangi
Rani,dan kami akan memenuhi keinginannya..”
Naya :
(Tersenyum senang dan saat itu ia merasakan tubuh Rani mulai bergerak.Tak lama
kemudian Gadis itu tersadar dari pingsannya.Iapun membuka matanya dan
samar-samar di lihatnya wajah ayah dan ibunya.ia terkejut bercampur senang)
Rani :“Ayah..Ibu…”
Bu Wiryo : “Rani..kamu sudah sadar nak…”
Rani :
(Pelan-pelan bangkit dan beranjak duduk dengan di bantu Naya dan Istri
Kapten.Ia tersenyum kecil pada mereka) “Terima kasih sudah mau dating untuk
Rani…”
Bu Wiryo : “Ya..tentu saja nak..karena kami
menyayangimu…”
Pak Wiryo : “Kami juga minta maaf nak,kalau selama ini kami terlalu keras
padamu.Kami sadar,kami yang salah…”
Rani :
“Rani maafin bapak dan ibu..Tapi Rani juga minta maaf jika telah melanggar
larangan bapak dan ibu..”
Pak Wiryo : “Ya….lupakanlah apa yang bapak pernah ucapkan padamu.Karena
kami gelap mata saat itu..”
Rani : (Tersenyum kecil)
Kapten :
“Nah Rani….Bersyukurlah pada Tuhan Yesus Kristus..karena hari ini Ayah dan
ibumu telah kembali.Dan merekapun juga berjanji ingin merayakan Natal bersamamu..”
Rani : “Benarkah….Terima kasih
Yah..Bu….Rani senang sekali….”(Trsenyum bahagia di sambut ayah dan ibunya serta
kapten beserta istrinya dan juga Naya sahabatnya-sayup-sayup terdengar refrain
keluarga Allah)
Narator : “Demikianlah kisah Rani,seorang gadis
yang setia dan taat dalam pelayanannya dan juga kehidupannya sebagai seorang
pengikut Kristus sejati.Kebaikannya telah berbuah dua mujizat,yakni untuk
kesembuhan dirinya dan juga sebagai suluh yang menerangi jalan gelap kedua
orang taunya.Bagaimana dengan anda???
“Sebab Anak
Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.”
Lukas 19 : 10)
“End”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar