Minggu, 01 Desember 2013

Rani,kamulah suluh itu


“Rani,kamulah suluh itu.”


Cast Character :
1.Nasrani (Rani)
2.Naya
3.Pak Wiryo ( Ayah Rani)
4.Bu Wiryo (Ibu Rani)
5.Kapten
6.Istri Kapten
7.Maria ( Cameo)
8.Yusuf ( Cameo)

Sinopsis :
Rani (Nasrani) adalah seorang gadis yang aktif dalam pelayanan gereja.Masa kecilnya sangat bahagia,karena kedua orang tuanya juga merupakan aktivis gereja yang setia.Namun seiring waktu yang berjalan,terjadi sebuah peristiwa yang mengubah pandangan orang tuanya tentang gereja,dan sejak saat itu mereka meninggalkan gereja dan juga Tuhan.Sementara Rani terus bertahan dengan komitmennya dalam pelayanan dengan menyimpan satu kerinduan terhadap orang tuanya,meski berkali-kali ia di hadapkan pada ujian-ujian hidup yang menggoyahkan imannya.Namun rani cukup beruntung,karena ia mempunyai seorang sahabat yang baik dan Kapten (Gembala Sidang) yang senantiasa membimbing dan menguatkan hatinya.Dan kesetiaan Rani terhadap Tuhan ahkirnya berbuah sesuatu yang mengejutkan hatinya.Apakah itu??
Cerita ini merupakan sebuah penggambaran dari sebagian kisah anak-anak Tuhan dalam menghadapi gempuran kenyataan hidup yang menggoyahkan iman.Sekalipun dalam diri mereka terdapat impian yang mustahil,namun Tuhan punya 1000 cara untuk mewujudkannya,asal ada kesetiaan terhadap Dia.

Adegan 1

(Suasana panggung gelap)
Narator          : Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.
Suara              : "Akulah  terang dunia, barang siapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.”
Narator          : “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
Masuklah peran Maria dan Yesus yang menggambarkan cerita sekilas kelahiran Yesus kedalam dunia,di susul seorang gadis di sisi lain panggung yang menggambarkan kehidupan anak Tuhan masa kini.Gadis ini terlihat sedih dan muram wajahnya,sambil berkali-kali ia melihat pohon Natal serta kado-kado yang terhiaskan di bawahnya.Sayup-sayup terdengar pula lagu “Karena kita…”
Tokoh Maria dan Yusuf pergi,tinggalah sosok gadis itu yang masih mengeluh.
Rani                : (Sedih,muram-dalam hati-) “ Tuhan,alangkah bahagianya hidupku dulu.Bersama ayah,ibu aku selalu beribadah kepada Engkau.Tetapi kini Engkau tahu apa yang terjadi dengan mereka,dan aku selalu rindu semuanya kembali seperti dulu…..”
Saat itu datanglah Naya,teman Rani,yang ketika tahu Rani bersedih,iapun bertanya.
Naya               : “Rani,ada apa denganmu?Mengapa kamu sendirian di sini?Dan hey….kenapa kamu menangis?”
Rani                : (Menghapus air matanya dan mencoba tersenyum) “Ti..tidak…tidak ada apa-apa..”
Naya               : “Kamu bohong….Pasti ada apa-apa..ceritakan padaku…aku sahabatmu…”
Rani                : “Sebenarnya…..” (Ranipun mulai bercerita pada Naya)

Adegan 2

Pak Wiryo Nampak duduk di serambi rumahnya sambil membaca Koran.Sementara itu Bu Wiryo muncul dari dalam membawakannya secangkir kopi.
Bu Wiryo       : “Ini pak kpoinya…di minum dulu…”
Pak Wiryo      : (Melirik Bu Wiryo,meletakkan Koran dan mengambil kopi dan meminumnya sedikit ) “Aaaahhh….manis sekali bu…”
Bu Wiryo       : “Seperti ibu kan pak…”(Centil)
Pak Wiryo      : (Melirik Bu Wiryo dan memperhatikannya dari atas kebawah) “Seperti ibu….dulu ibu semanis kopi ini..sekarang baaahhhh…”
Bu Wiryo       : “Sekarang kenapa??Mentang-mentang ibu sudah umur,ibu disamakan dengan kopi pahit gitu…”
Pak Wiryo      : (Terkekeh) “Bapak kan Cuma bercanda..masak gitu aja marah to bu..”
Bu Wiryo       : (Cemberut) “Huuuuuhh…bapak ini yaaa…”
Pak Wiryo      : (Terbatuk-batuk melirik jam tangannya) “Hhhh..sudahlah..perkara kopi aja sampai cemberut begitu.O ya..mana Rani???”
Bu Wiryo       : “Halah..paling-paling ke gereja…”
Pak Wiryo      : “Gereja lagi??Tiap hari ke gereja..apa untungnya???”
Bu Wiryo       : “Nggak tahulah pak..tanya aja sendiri sama anaknya..tu dia datang…”(Menunjuk kearah Rani yang baru masuk ke halaman rumah)
Berpapasan dengan bapak ibunya Ranipun menyapa.
Rani                : “Malam pak..bu..Rani pulang..”
Pak Wiryo      : (Mendehem ) “Baru dari mana jam segini baru pulang??Gereja…???”
Rani                : (Gugup) “I..i..iya pak..”
Pak Wiryo      : “Memang ada apa di gereja???”
Rani                : “Latihan koor buat Natal pak..”
Pak Wiryo      : “Cuma latihan koor ….latihan di rumah kan sama saja….lagi pula masih banyak pekerjaan penting di rumah dari pada di gereja.Lagipula pulangnya malam-malam…Ingat Ran..kamu ini anak perempuan.Pulang jam segini,apa kata tetangga??Mau bikin malu bapakmu???”
Bu Wiryo       : “Iya nduk..lagipula apa yang dapat di berikan gereja untuk membantu keluarga kita??Tidak ada to..Dulu bapak ibumu juga seperti kamu…tapi apa yang di dapat…ibu bapakmu tetap begini-begini saja..tidak ada bedanya dengan mereka yang tak ke gereja..”
Rani                : “Pak..bu..”
Pak Wiryo      : “Sudahlah nak….pokoknya bapak tak mau dengar lagi alasanmu.Mulai sekarang kamu harus pilih..rumah atau gereja….bapak ibumu atau Tuhanmu…”
Rani                : (Menatap orang tuanya dan pergi tanpa jawaban)
Pak,Bu Wiryo            : “Rani….”

Adegan 3

Rani yang mengadu masalahnya pada Naya masih memeluk sahabatnya dengan sedih dan menangis.Nayapun berusaha menenangkannya.
Naya               : “Sabar saja Ran…Bapak dan ibumu memang keterlaluan…hati mereka memang keras.Tapi,Tuhan pasti punya cara untuk membuat mereka sadar..yang penting sikap kita sebagai anak harus tetap menghormati mereka..ingat kata kapten..kita ini adalah suluh-suluh Kristus yang di tempatkan di tengah kegelapan untuk memberikan cahaya bagi yang tersesat.Untuk itulah,mengapa Tuhan menempatkan kita pada keadaan seperti ini…”
Rani                : (Tangisannya reda dan perlahan-lahan tak terdengar.Kini suhu tubuhnya sedikit berubah dan ini mengejutkan Naya)
Naya               : (Terkejut) “Ran..Rani..Ran…” (Rupanya Rani pingsan.Nayapun berusaha mengguncang-ngguncang tubuh sahabatnya.Namun ia tetap tak mau bangun,sehingga gadis itu menjadi cemas dan panik) “Ran..bangun Ran..Ran..Rani…tolonggg…tolooonnggggg…”
Rupanya suara Naya langsung terdengar oleh Kapten dan istrinya.Merekapun buru-buru datang menolongnya.
Istri Kapten    : “Naya..Naya ada apa???”
Naya               : “Rani..Rani pingsan Tante…”
Kapten            : “Cepat bawa kedalam….Ma,temani Naya,aku akan kerumah pak Wiryo memberitahunya…”
Istri Kapten    :“ Iya pap..hati-hati…”
Kapten                        : (Beranjak pergi dengan buru-buru)

Adegan 4

Pak Wiryo dan Bu Wiryo terlihat kesal.Ketika lagi-lagi ia mendapati Rani pergi tanpa pamit.Mereka memang sengaja menanti kedatangan anak mereka dan berniat memarahi habis-habisan.
Pak Wiryo      : “Hhhhh..anak itu pergi lagi tanpa pamit.Dasar susah di atur!!!”
Bu Wiryo       : “Mungkin dia marah sama kita pak,karena kemarin kita melarangnya..”
Pak Wiryo      : “Marah???Oooo..jadi dia sudah berani melawan orang tuanya..baiklah..kalau dia pulang nanti,pasti akan kuhajar habis-habisan…”
Bu Wiryo       : “Sabar pak!Jangan terlalu keras!Dia anak perempuan…”
Pak Wiryo      : “Anak perempuan atau laki-laki sama saja!Bila sudah berani membangkang,apa bedanya…”
Saat itu dari luar,terlihat Kapten dating dengan sedikit buru-buru dan menyapa Pak Wiryo dan Bu Wiryo.Amarah Pak Wiryo langsung tersulut,tapi mengingat etika ia menahan diri.
Kapten                        : “Selamat malam pak,bu…”
Pak Wiryo      : (Menahan geram dan sinis) “Malam juga..ada apa Kapten…”
Kapten            : “Maaf kalau sebelumnya mengganggu.Saya kemari ingin memberitahukan keadaan Rani di gereja….”
Bu Wiryo       : “Memang Rani kenapa..”
Kapten            : “Dia pingsan..sampai sekarang belum sadar..demamnya juga tinggi..kami membutuhkan kehadiran bapak dan ibu demi jiwa Rani…”
Bu Wiryo       : (Terkejut) “Apa???Pakkk…Bagaimana ini…”
Pak Wiryo      : (Memelintir kumisnya) “Ya sudah…kalau begitu ayo kita kegereja…”

Adegan 5
Rani masih belum sadarkan diri.Sejak dari tadi,Naya dan Istri Kapten terus merawatnya,sampai Kapten dating bersama Pak Wiryo dan Bu Wiryo.Melihat kondisi anaknya,naluri seorang ibu Bu Wiryo langsung berbicara dan ia menghampiri anaknya dengan cemas.
Bu Wiryo       : “Rani anakku…”(Berlari memeluk) “Ya ampun….demamnya tinggi sekali…”
Istri Kapten    : “Sabar bu.kami sedang merawatnya.Kita berdoa saja semoga dia tidak kenapa-napa dan cepat sadar….”
Bu Wiryo       : “Berdoa…???”
Kapten            : “Ya..hanya Tuhan yang menjadi tempat pengharapan dan kesembuhan kita.Saya yakin,Tuhan pasti menyembuhkan Rani.Karena Rani anak yang baik dan setia…”
Bu Wiryo       : (Menatap Rani dengan sedih lalu pada suaminya yang masih terpaku menatap anaknya) “Pak..ibu mohon,jangan memarahi Rani lagi.Ia anak kita satu-satunya.Dan jika sampai terjadi apa-apa,ibu tak mau kehilangan dia..”
Istri Kapten    : “Benar pak..Tadi Rani juga sempat cerita kalau dia punya masalah.Tapi dia tak mau cerita.Apapun itu masalah anak ini,saya mohon bapak lebih mementingkan kondisinya dan pelan-pelan membicarakannya…”
Pak Wiryo      : (Masih terdiam.Perlahan-lahan hatinya luluh)
Kapten                        : (Menghampiri Pak Wiryo dan menepuk pundaknya) “Kejadian ini mungkin akan ada hikmahnya bagi kita semua.Dan saya baru ingat,bahwa kita pernah mengalami kejadian yang sama beberapa tahun lalu,ketika Rani masih kecil.Bapak ingat…”
Pak Wiryo      : (Tersentak kecil dan baru ia ingat)
Bu Wiryo       : (Bereaksi sama dan dengan langkah gontai menghampiri suaminya) “Kapten benar pak.Bapak ingat sewaktu Rani kecil dulu.Kita pernah membawa Rani dalam keadaan seperti ini ke tempat ini.Bapak juga tentu ingat,kenapa kita member nama anak kita Nasrani..”
Pak Wiryo      : (Tertunduk sedih dan merasa bersalah) “Mungkin ini salah kita juga bu.Kita member nama anak kita Nasrani,dengan harapan dia setia mengikuti Kristus sampai ahkir hidupnya.Tapi yang kita lakukan justru menentang dan melarangnya.”
Bu Wiryo       : “Bapak Benar.Mungkin Tuhan sedang mengingatkan kita lewat kejadian ini dan Dia memakai anak kita untuk menerangi pikiran kita yang jahat..Ohh Rani anakku..”
Pak Wiryo      : (Gontai dan lemas) “Rani anakku…maafkan ayah dan ibumu…”(Menatap ke atas) “Tuhan,ampuni dosa kami..”
Kapten            : (Menghampiri pak Wiryo) “Tuhan pasti mengampuni bapak dan ibu.Demikian juga halnya dengan Rani.Hari ini bapak dan ibu telah melihat bahwa Rani telah membuktikan dirinya sebagai pengikut Kristus dan juga suluh yang menerangi jalan bapak dan ibu yang tersesat…”
Pak,Bu Wiryo            : “Iya Kapten…”
Istri Kapten dan Naya yang mendengar hal itu juga turut lega.Bahkan Naya kini berani angkat bicara tentang sahabatnya.
Naya               : “Maaf Om..Tante.Jika sebelumnya Naya lancing.Naya hanya ingin menyampaikan satu hal yang Rani tak dapat sampaikan pada Om dan Tante..”
Bu Wiryo       : “Apa itu Nay…”
Naya               : “Sudah beberapa tahun ini Rani mempunyai keinginan merayakan Natal     bersama Om dan Tante.Naya harap,jika Om dan Tante menyayangi Rani,Om dan Tante bisa memenuhi keinginan Rani..”
Pak,Bu Wiryo: (Saling berpandangan)
“Tentu saja.Kami menyayangi Rani,dan kami akan memenuhi keinginannya..”
Naya               : (Tersenyum senang dan saat itu ia merasakan tubuh Rani mulai bergerak.Tak lama kemudian Gadis itu tersadar dari pingsannya.Iapun membuka matanya dan samar-samar di lihatnya wajah ayah dan ibunya.ia terkejut bercampur senang)
Rani                :“Ayah..Ibu…”
Bu Wiryo       : “Rani..kamu sudah sadar nak…”
Rani                : (Pelan-pelan bangkit dan beranjak duduk dengan di bantu Naya dan Istri Kapten.Ia tersenyum kecil pada mereka) “Terima kasih sudah mau dating untuk Rani…”
Bu Wiryo       : “Ya..tentu saja nak..karena kami menyayangimu…”
Pak Wiryo      : “Kami juga minta maaf nak,kalau selama ini kami terlalu keras padamu.Kami sadar,kami yang salah…”
Rani                : “Rani maafin bapak dan ibu..Tapi Rani juga minta maaf jika telah melanggar larangan bapak dan ibu..”
Pak Wiryo      : “Ya….lupakanlah apa yang bapak pernah ucapkan padamu.Karena kami gelap mata saat itu..”
Rani                : (Tersenyum kecil)
Kapten            : “Nah Rani….Bersyukurlah pada Tuhan Yesus Kristus..karena hari ini Ayah dan ibumu telah kembali.Dan merekapun juga berjanji ingin merayakan Natal bersamamu..”
Rani                : “Benarkah….Terima kasih Yah..Bu….Rani senang sekali….”(Trsenyum bahagia di sambut ayah dan ibunya serta kapten beserta istrinya dan juga Naya sahabatnya-sayup-sayup terdengar refrain keluarga Allah)

Narator            : “Demikianlah kisah Rani,seorang gadis yang setia dan taat dalam pelayanannya dan juga kehidupannya sebagai seorang pengikut Kristus sejati.Kebaikannya telah berbuah dua mujizat,yakni untuk kesembuhan dirinya dan juga sebagai suluh yang menerangi jalan gelap kedua orang taunya.Bagaimana dengan anda???

“Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.”
Lukas 19 : 10)


“End”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar